Anggit Setiawan

https://plus.google.com/u/0/112611426151452911156

Anggit Setiawan

Banjarnegara, Jawa tengah.

Motiasi

untuk menggapai mimpi.

Sukses

Menggapai Mimpi

Kamis, 12 Desember 2013

Masalah-masalah Sosial yg Sering Terjadi di Tengah Masyarakat

 Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa yang namanya perkembangan zaman di saat ini, pasti akan menimbulkan beberapa masalah di tengah masyarakat. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini , kami menghimpun beberapa masalah penting yang sudah sangat sering kita temui di tengah masyarakat. Ada beberapa contoh masalah sosial di masyarakat


Contoh-contoh Permasalahan sosial di masyarakat

Contoh-contoh permaslalahan sosial yang sering kita temui di masyarakat, sebenarnya da banyak sekali, namun mengingat keterbatasan admin dalam menghimpun masalah-masalah sosial tersebut. Maka dengan berat hati, admin hanya akan menaympaikan beberapa saja yang terpenting, diantaranya adalah sebagai berikut:  
Penggunaan Narkoba
Contoh masalah sosial di masyarakat yang saat ini, narkoba masih menjadi ‘hantu’ yang membayangi manusia, khususnya anak muda yang berharap kelak bisa menjadi sukses dan membanggakan orang tua. Terjerumus ke lembah hitam narkoba adalah hal yang menakutkan. Namun, sekian banyak orang tergelincir ke dunia tersebut dengan berbagai macam penyebab. Di antaranya adalah masalah keluarga, ekonomi, dan lain-lain.
Pencurian
Sering, pencurian diidentikkan dengan permasalahan ekonomi. Ada benarnya, sebab motif yang muncul dalam kasus-kasus semacam ini adalah kondisi ekonomi dari pelaku yang mendesak, dengan beragam permasalahan, yang ujung-ujungnya adalah keuangan. Ditambah lagi pondasi keimanan yang lemah.
Pergaulan bebas
Saat ini, jati diri remaja negeri ini berada pada tahap yang mengkhawatirkan. Sebagian mereka suka mengikuti budaya-budaya asing tanpa mempertimbangkan baik buruknya. Seks bebas, misalnya, adalah salah satu dari kehancuran moral anak bangsa yang sepatutnya menjadi tiang-tiang kemajuan negeri ini nantinya.
Penyakit menular
Penyakit menular bisa menjadi masalah sosial yang sangat serius dan perlu ditangani secara serius pula, apatah lagi jika kadar bahaya dari penyakit ini sangat tinggi.
Aliran sesat
Munculnya aliran sesat di negeri ini telah membuat keamanan masyarakat, khususnya yang beragama, Islam, misalnya. Membiarkan aliran sesat tetap tersebar dapat mengakibatkan keimanan masyarakat jadi goyang. Selain itu, aliran sesat termasuk pada penodaan terhadap agama dikarenakan mereka–para tokoh aliran sesat- membolak-balikkan ajaran agama yang telah benar dengan sesuka hati dan hawa nafsu.
Anak jalanan
Masyarakat tentu sepakat bahwa anak jalanan telah menjadi masalah sosial sendiri. Anak jalanan adalah cerminan dari ketidakmampuan, terlepas dari sebagian oknum yang memanfaatkan anak jalanan. Para anak jalanan merupakan potret ketidakteraturan sebuah sistem keluarga. Yang kemudian melebar menjadi masyarakat yang lebih besar.

Info Tambahan :

Permasalahan Sosial Di Lingkungan Sekitar

  • Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan.
    Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak negara-negara berkembang, tidak terkecuali di Indonesia.
  • Kemiskinan dan pengangguran.
    Kemiskinan dan pengangguran
    adalah suatu masalah sosial yang harus segera dituntaskan dan dicari solusinya dengan berbagai cara. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, mulai dari aspek pendidikan, hukum, keluarga, dan lingkungan.
  • Narkoba dan zat adiktif.
    Narkoba dan zat adiktif adalah obat-obat terlarang yang pemakaiannya hanya boleh dilakukan secara medis dan tidak untuk dislahgunakan. Di Indonesia khususnya sudah banyak penyalahgunaan penyalahgunaan zat adiktif tersebut secara hokum ini harus benar-benar ditindak dengan jelas dan tidak boleh diremehkan. Adanya mind set bahwa narkoba itu keren dan apabila tidak menggunakannya dianggap sebagai seseorang yang tketinggalan zaman. Adanya persepsi bahwa narkoba dapat menghilanggan stress dan pusing kepala. Ini adalah suatu masalah sosial yang tidak boleh dibiarkan begitu saja dan harus ada penanganan secara maksimal demi menyelesaikan maslah ini.
  • Masalah sampah.
    Mengapa sampah bisa menjadi masalah sosial ? karena apabila sampah-sampah tersebut di biarkan menumpuk terus menerus akan mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan
    - Penyebab sampah bisa menjadi masalah sosial : 1. kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan
    2. tidak adanya kepedulian terhadap lingkungan sendiri
    3. minimnya keterampilan untuk mendaur ulang sampah-sampah tersebut agar menjadi bahan yang     bermanfaat.
  • Kecemburuan sosial.Kecemburuan sosial adalah suatu kondisi dimana munculnya kelas kelas sosial karena adanya perbedaan perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat seperti dari segi hukum, ideologi, politik, ekonomi, sosial,dsb yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Itulah sedikit informasi yang bisa kami sampaikan mengenai Masalah-masalah Sosial yg Sering Terjadi di Tengah Masyarakat yang telah kami himpun dari berbagai sumber, terkhususkan dari psychologymania kami ucapkan banyak terima kasih. Terimah kasih telah menyimak artikel diatas, semoga saja itu bermanfaat untuk anda sekalian. Jangan lupa baca artikel Masalah Sosial: Kemiskinan di Indonesia

sumber http://azwarsuaib.blogspot.com/2013/09/masalah-masalah-sosial-yg-sering.html

Senin, 23 September 2013

pengertian, fungsi dan peran pekerja sosial



Pengertian Pekerja sosial
Pengertian pekerjaan sosial yang dikemukakan oleh Charles Zastrow (1982), yang dikutip oleh Dwi Heru Sukoco (1995:7) sebagai berikut:
"Pekerjaan sosial merupakan kegiatan profesional untuk membantu individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat guna meningkatkan atau memperbaiki  kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan".
dari pengertian di atas, maka seorang pekerja sosial harus bisa menciptakan kondisi masyarakat yang baik dan teratur dalam menjaga setiap keberfungsian elemennya yang menjadi para pemeran berbagai peran yang ada di dalam masyarakat. menciptakan kondisi masyarakat yang kondusif dengan relasi-relasi yang ada didalamnya untuk bisa memberikan keterikatan di antara para pemegang peran tersebut.

Pengertian Peran
Definisi peran menurut Kamus Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan (1997) adalah seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang memiliki kedudukan di masyarakat.
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (1990) mendefinisikan peranan sebagai : Suatu konsep perihal apa-apa yang dapat dilakukan oleh individu  dalam masyarakat sebagai suatu organisasi. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi/tempat seseorang dalam masyarakat.

Fungsi Pekerja Sosial
Heru Sokoco (1995:22-27) menjelaskan fungsi dan peran pekerja sosial sebagai berikut :
1. Fungsi-fungsi Pekerjaan Sosial
a.   Membantu orang meningkatkan dan menggunakan kemampuannya secara efektif untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan memecahkan masalah-masalah sosial yang mereka alami.
b.   Mengkaitkan orang dengan sistem-sistem sumber
c.   Memberikan fasilitas interaksi dengan sistem-sistem sumber
d.  Mempengaruhi kebijakan sosial
e.   Memeratakan atau menyalurkan sumber-sumber material.

Peranan Pekerjaan Sosial
a.       Sebagai pemercepat perubahan (enabler)
Sebagai enabler, seorang pekerja sosial membantu individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dalam mengakses Sistem sumber yang ada, mengidentifikasi masalah dan mengembangkan kapasitasnya agar dapat mengatasi masalah untuk pemenuhan kebutuhannya.
b.      Peran sebagai perantara (broker)
Peran sebagai perantara yaitu menghubungkan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dengan lembaga pemberi pelayanan masyarakat dalam hal ini; Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, serta Pemerintah, agar dapat memberikan pelayanan kepada individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat yang membutuhkan bantuan atau layanan masyarakat.
c.       Pendidik (educator)
Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan baik dan benar serta mudah diterima oleh individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran perubahan.
d.      Tenaga ahli (expert)
Dalam kaitannya sebagai tenaga ahli, pekerja sosial dapat memberikan masukan, saran, dan dukungan informasi dalam berbagai area (individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat).
e.       Perencana sosial (social planner)
Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang dihadapi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat, menganalisa dan menyajikan alternative tindakan yang rasional dalam mengakses Sistem sumber yang ada untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat.
f.       Fasilitator
         Pekerja sosial sebagai fasilitator, dalam peran ini berkaitan dengan menstimulasi atau mendukung pengembangan masyarakat. Peran ini dilakukan untuk mempermudah proses perubahan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat, menjadi katalis untuk bertindak dan menolong sepanjang proses pengembangan dengan menyediakan waktu, pemikiran dan sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses tersebut.

      Menurut Jim Ife,2002, peran pekerja sosial antara lain:
a.       Peranan Fasilitatif
              Peranan praktek yang dikelompokan ke dalam peranan fasilitatif merupakan peranan yang dicurahkan untuk membangkitkan semangat atau memberi dorongan kepada individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat untuk menggunakan potensi dan sumber yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas dan pengelolaan usaha secara efisien. Melakukan mediasi dan negosiasi, yaitu pekerja sosial memerankan diri sebagai mediator dalam pemanfaatan lahan dengan pihak lain untuk memperluas aktivitas kerjasama dengan menguntungkan pihak-pihak yang terlibat. Memberikan support/dukungan, yaitu memberikan dukungan untuk memperkuat, mengakui dan menghargai nilai yang dimiliki oleh individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat, menghargai kontribusi dan kerja mereka. Dukungan ini dapat bersifat formal dan informal. Membangun consensus dengan sesama pihak untuk melakukan kerjasama dalam rangka pengembangan potensi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Memfasilitasi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan produktivitas dan pemasaran hasil produksi.
b.      Peranan Educational
               Pekerja sosial memainkan peranan dalam penentuan agenda, sehingga tidak hanya membantu pelaksanaan proses peningkatan peningkatan produktivitas akan tetapi lebih berperan aktif dalam memberikan masukan dalam rangka peningkatan pengetahuan, keterampilan serta pengalaman bagi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Peran pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kesadaran, memberikan informasi, mengkonfrontasikan, melakukan pelatihan bagi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat.
c.       Peranan-peranan Representasional
             Pekerja sosial melakukan interaksi dengan badan-badan di masyarakat yang bertujuan bagi kepentingan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Peranan ini dilakukan, antara lain dengan : mendapatkan sumber-sumber dari luar tetapi dengan berbagai pertimbangan yang matang, seperti bantuan modal usaha, pelatihan pengembangan potensi dan produktivitas  dari berbagai donator. Melakukan advokasi untuk membela kepentingan-kepentingan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat seperti mendukung upaya implementasi program dan berupaya merealisasikan program tersebut. Memanfaatkan Media Masa untuk memperkenalkan hasil produksi. Selain itu juga bertujuan menerima dukungan dari pihak lain yang lebih luas; membuka jaringan kerja, dengan mengembangkan relasi dengan berbagai pihak, kelompok dan berupaya mendorong mereka untuk turut serta dalam upaya pengembangan potensi, seperti pemerintah, pengusaha, dan masyarakat’ selain itu pula, pekerja sosial berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan stakeholder.
d.      Peranan Teknis
            Di sini pekerja sosial melakukan pengumpulan dan analisis data,  kemampuan menggunakan komputer, kemampuan melakukan presentasi secara verbal maupun tertulis, manajemen serta melakukan pengendalian finansial, dan melakukan need assessment terhadap pengembangan potensi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Peran-peran ini dapat dilakukan  pekerja sosial bersama individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat melakukan mendapatkan informasi dan data yang dapat digunakan baik untuk mengundang perhatian dari stakeholders untuk mengembangkan potensi tetapi juga membantu mempromosikan.
              Dengan demikian, pekerjaan sosial  memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan potensi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat.

      Menurut Dorang Luhpuri dkk (2000) adalah :
a.       Fasilitator
                Merupakan peranan yang bertujuan untuk mempermudah upaya pencapaian tujuan sehat dengan cara menyediakan atau memberikan kesempatan dan fasilitas yang diperlukan klien untuk mengatasi masalahnya, memenuhi kebutuhannya, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan cara:
      1)      mendampingi klien dalam setiap tindakan
    2)      memberikan dukungan emosional yang diperlukan klien agar klien merasa   diperhatikan dan terpenuhi kebutuhan emosionalnya
     3)       berupaya membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya
b.      Mediator
                   Memberikan layanan mediasi jika klien mengalami konflik dengan pihak lain atau orang lain agar dicapai kesesuaian antara tujuan dan kesejahteraan diantara kedua belah pihak.
c.       Advokator
              Memberikan layanan pembelaan bagi klien yang berada dalam posisi yang dirugikan sehingga memperoleh haknya kembali.
d.      Liason
               Memberikan informasi yang diperlukan keluarga mengenai kondisi klien dan kondisi lembaga agar dapat memberikan pertimbangan yang tepat dalam menentukan tindakan demi kepentingan klien.
e.       Konselor
             Memberikan pelayanan konsultasi kepada klien yang ingin mengungkapkan permasalahannya. Pekerja sosial harus menyadari permasalahannya serta melihat potensi dan kekuatan yang dimiliki klien. Ia juga harus memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
f.       Penghubung
                   Merupakan peranan yang menghubungkan antara klien dengan keluarga, antara klien dengan lembaga terkait, maupun penghubung antara klien dengan sumber lain yang dapat membantu dalam usaha pemecahan masalah klien. Selain itu, harus memberikan informasi –informasi yang diperlukan oleh keluarga tentang kondisi klien pekerja sosial harus mampu memberikan informasi tentang kondisi keluarga demi kepentingan klien.
g.      Pembimbing Sosial Kelompok
                 Memberikan intervensi pada sejumlah klien yang berkumpul dan berbagi berbagai isu (topik yang mereka minati) melalui pertemuan yang teratur dan kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan yang telah disusun bersama.

                                                                                                                       oleh. Dicki K

Rabu, 29 Mei 2013

Judul Skripsi Pendidikan Luar Sekolah

ini adalah contoh-conth Kumpulan Judul Skripsi Pendidikan Luar Sekolah
  1. PEMIMPIN DAN SUASANA KEPEMIMPINAN PADA DISKUSI KELOMPOK GAME MASTER SEBAGAI FAKTOR PENYEBAB DINAMIKA DAN PRODUKTIFITAS KELOMPOK DI KOTA BANDUNG
  2. PENGELOLAAN PROGRAM BINA KELUARGA LANSIA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA
  3. PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PENGOLAHAN MAKANAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA
  4. PERSEPSI PENGELOLA PROGRAM PNFI TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS POKOK PENILIK PNFI DI KABUPATEN CIREBON
  5. PERSEPSI PESERTA TERHADAP PENGGUNAAN METODE SISTEM BEREGU
  6. PENERAPAN DESAIN PELATIHAN FARMERS MANAGED EXTENTION ACTIVITIES (FMA) DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN PENGGEMUKAN DOMBA DI UP FMA TANI MAKMUR DESA PANYINGKIRAN KECAMATAN PURWADADI KABUPATEN SUBANG
  7. PENGGUNAAN MEDIA KARTU BILANGAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI PENGURANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
  8. STUDI PENERAPAN HASIL PELATIHAN PEMBUATAN KECAPI ELEKTRIK BERBASIS KEWIRAUSAHAAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA PEMUDA PENGANGGURAN DI SANGGAR SENI DAN KREASI CIRATEUN
  9. MODEL PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKASI INTEGRASI EDUKASI
    UNTUK KEMANDIRIAN EKONOMI KELUARGA : Studi Pemberdayaan Penyandang Cacat Melalui Pelatihan Kecakapan Hidup
    di BPOC Kabupaten Bandung Barat
  10. PENERAPAN METODE VISUAL- AUDITIF, KINESTETIK, TAKTIL (VAKT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR MEMBACA PERMULAAN ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DI SLB D YPAC BANDUNG
  11. “Upaya Tutor Homeschooling Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Homeschoolers”.
  12. PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) HOLISTIK INTEGRATIF UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN ORANG TUA DI KELOMPOK BERMAIN BUNGA NUSANTARA PKBM JAYAGIRI
  13. HUBUNGAN ANTARA HASIL PELATIHAN MEMBATIK DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA IBU RUMAH TANGGA PADA PKBM TIRTASARI KELURAHAN SARIJADI KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG
  14. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ALAM DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KELOMPOK BERMAIN (KOBER) KINANTI
  15. DAMPAK PROGRAM PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) HANDYCRAFT KERAMIK TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA
  16. PROSEDUR PENYUSUNAN INSTRUMEN EVALUASI PELATIHAN YANG DIGUNAKAN OLEH WIDYAISWARA DALAM MENGUKUR KEBERHASILAN PELATIHAN DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) lEMBANG
  17. PENGARUH POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK PADA USIA 3-5 TAHUN
  18. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ALAM DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KELOMPOK BERMAIN (KOBER) KINANTI
  19. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PADA KELUARGA PEMULUNG (STUDI PADA KELUARGA PEMULUNG DI KAMPUNG BABAKAN DESA MEKAR RAHAYU KECAMATAN MARGA ASIH KABUPATEN BANDUNG)
  20. POLA ASUH ORANG TUA YANG BEKERJA TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 4-5 TAHUN
    DI DESA KERTAWANGI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT
  21. PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN USAHA NELALUI PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN SUNDA DI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN YUYU
  22. PERANAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PENDIDIKAN KELUARGA
  23. STUDI HASIL PELATIHAN BUDIDAYA TANAMAN BUNGA ROSE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN INOVASI KREASI ANEKA WARNA DALAM SATU TANAMAN
  24. HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK USIA DINI
  25. PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MENINGKATKAN KECAKAPAN BERWIRAUSAHA DN PERAN SOSIAL SANTRI
  26. UPAYA WIDYAISWARA DALAM PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN AGRIBISNIS
    DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN BBPP LEMBANG
  27. STUDI DESKRIPTIF PADA PELATIHAN BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG DI DESA CIGAGADE KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN GARUT
  28. PERSEPSI KELUARGA PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (STUDI PADA KELUARGA PEMULUNG DI KAMPUNG BABAKAN DESA MEKAR RAHAYU KECAMATAN MARGA ASIH KABUPATEN BANDUNG)
  29. PENGARUH POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK PADA USIA 3-5 TAHUN
  30. PROSEDUR PENYUSUNAN INSTRUMEN EVALUASI PELATIHAN YANG DIGUNAKAN OLEH WIDYAISWARA DALAM MENGUKUR KEBERHASILAN PELATIHAN DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) lEMBANG
  31. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ALAM DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KELOMPOK BERMAIN (KOBER) KINANTI
  32. POLA ASUH ORANG TUA YANG BEKERJA TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA KERTAWANGI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT
  33. POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
  34. PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN BCCT (BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME) BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA PAUD BUNDA HARAPAN
  35. KOMPETENSI TUTOR DAN PERANANNYA DALAM MENUMBUHKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERMAIN
  36. SOCIAL CAPITAL SEBAGAI FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PELATIHAN KETERAMPILAN YANG DISELENGGRAKAN OLEH LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT KIWARI TERHADAP KELOMPOK PEREMPUAN MISKIN DI KOTA BANDUNG
  37. STUDI KORELASIONAL HASIL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PENINGKATAN SIKAP KEMANDIRIAN USAHA PADA ALUMNI PROGRAM APW (AHLAK PLUS WIRAUSAHA) DAARUT TAUHIID BANDUNG
  38. PENERAPAN PENDEKATAN BEYOND CENTER CIRCLE TIME (BCCT) YANG MENGGUNAKAN UNSUR LOKAL DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BERMAIN PUSDAI JAWA BARAT
  39. PEMAHAMAN MAKNA KATA MELALUI METODE BERNYANYI BAGI ANAK USIA DINI
  40. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) TERINTEGRASI BKB
  41. PENGELOLAAN PROGRAM TAMAN PENITIPAN ANAK
  42. PERAN TUTOR DALAM PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BAHASA ANAK USIA DINI MELALUI PENDEKATAN ACTIVE LEARNING
  43. PERAN TUTOR DALAM MEMOTIVASI ANAK USIA DINI MELALUI PROSES PEMBELAJARAN HOME SCHOOLING :Studi Kasus di Home Schooling Dunia Kita
  44. PROGRAM BINA KELUARGA REMAJA BERBASIS GENDER
  45. DAMPAK PROGRAM USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA (UP2K) TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI KELURAHAN CITEUREUP – KOTA CIMAHI
  46. DAMPAK PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI
  47. PROGRAM PAKET C SETARA SMA DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGI
  48. PERAN TUTOR DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA PADA ANAK USIA DINI MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF
  49. PROSES PEMBELAJARAN PADA PROGRAM KELOMPOK BELAJAR USAHA(KBU) MAKANAN RINGAN DALAM RANGKA MENIN GKATKAN USAHA WARGA BELAJAR PADA PKBM AL IHSAN KEC CIJULANG KAB. CIAMIS
  50. PERANAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KEDISIPLINAN ANAK USIA DINI PADA LINGKUNGAN KELUARGA
mudah-mudahan ini bisa membantu bagi temen-temen yang lagi pusing, galau atau apalah namanya yang berkaitan dengan skripsi..
kalo mau tau lbih banyak tinggal kunjungi aj link ini
mudah-mudahan bisa membantu,semangat yaaaaa….

Selasa, 28 Mei 2013

Perilaku Agresif Remaja


Hari senin tanggal 23 kemarin hati saya terasa miris ketika melihat berita di sebuah stasiun televisi swasta, di mana dua kelompok remaja yang masih mengenakan seragam putih-biru terlibat baku-hantam di sebuah jalan ibu kota Jakarta. Ya, itulah anak-anak pelajar SLTP kita yang sedang saling serang satu sama lainnya, alias tawuran.

Kejadian itu langsung mengingatkan saya pada 1 tahun yang lalu, dimana masyarakat kita digegerkan dengan tindakan-tindakan menyimpang yang dilakukan oleh remaja kita, di Bandung dengan genk Motornya, di Pati dengan genk Neronya, serta di tempat-tempat lainnya yang tidak sempat terekspos oleh media. Itulah salah satu sisi kehidupan remaja di negara tercinta kita ini, yang konon akan menjadi generasi penerus bangsa.

Bagi masyarakat kita, aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian. Seperti yang kita ketahui bersama untuk saat ini beberapa televisi (baik nasional maupun lokal) bahkan membuat program-program khusus yang menyiarkan berita-berita tentang aksi kekerasan.

Aksi-aksi kekerasan dapat terjadi di mana saja, seperti di jalan-jalan, di sekolah, di kompleks-kompleks perumahan, bahkan di pedesaan. Aksi tersebut dapat berupa kekerasan verbal (mencaci maki) maupun kekerasan fisik (memukul, meninju, dll). Pada kalangan remaja aksi yang biasa dikenal sebagai tawuran pelajar/masal merupakan hal yang sudah terlalu sering kita saksikan, bahkan cenderung dianggap biasa. Pelaku-pelaku tindakan aksi ini bahkan sudah mulai dilakukan oleh siswa-siswa di tingkat SLTP/SMP. Hal ini sangatlah memprihatinkan bagi kita semua
Aksi-aksi kekerasan yang sering dilakukan remaja sebenarnya adalah prilaku agresi dari diri individu atau kelompok. Agresi sendiri menurut Scheneiders (1955) merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampakkan dalam bentuk pengrusakan terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku non verbal.

Agresif menurut Murry (dalam Halll dan Lindzey,1993) didefinisiakan sebagi suatui cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain.

Perilaku agresif menurut David O. Sars (1985) adalah setiap perilkau yang bertujuan menyakiti orang lain, dapat juga ditujukan kepada perasaan ingin menyakiti orang lain dalam diri seseorang.

Sedangkan menurut Abidin (2005) agresif mempunyai beberapa karakteristik. Karakteristik yang pertama, agresif merupakan tingkah laku yang bersifat membahayakan, menyakitkan, dan melukai orang lain. Karakteristik yang kedua, agresif merupakan suatu tingkah laku yang dilakukan seseorang dengan maksud untuk melukai, menyakiti, dan membahayakan orang lain atau dengan kata lain dilakukan dengan sengaja. Karakteristik yang ketiga, agresi tidak hanya dilakukan untuk melukai korban secara fisik, tetapi juga secara psikis (psikologis), misalnya melalui kegiatan yang menghina atu menyalahkan.

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa prilaku agresif adalah sebuah tindakan kekerasan baik secara verbal maupun secara fisik yang disengaja dilakukan oleh individu atau kelompok terhadap orang lain atau objek-objek lain dengan tujuan untuk melaukai secara fisik maupun psikis.

Pertanyaannya kemudian adalah faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi pemicu perilaku agresi tersebut? Mengapa kasus-kasus sepele dalam kehidupan sosial masyarakat sehari-hari dapat tiba-tiba berubah menjadi bencana besar yang berakibat hilangnya nyawa manusia? Mengapa Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa saja penyebab perilaku agresi.

Menurut Davidoff perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Faktor Biologis
Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu:

a. Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. Dari penelitian yang dilakukan terhadap binatang, mulai dari yang sulit sampai yang paling mudah dipancing amarahnya, faktor keturunan tampaknya membuat hewan jantan yang berasal dari berbagai jenis lebih mudah marah dibandingkan betinanya.

b. Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi. Pada hewan sederhana marah dapat dihambat atau ditingkatkan dengan merangsang sistem limbik (daerah yang menimbulkan kenikmatan pada manusia) sehingga muncul hubungan timbal balik antara kenikmatan dan kekejaman. Prescott (Davidoff, 1991) menyatakan bahwa orang yang berorientasi pada kenikmatan akan sedikit melakukan agresi sedangkan orang yang tidak pernah mengalami kesenangan, kegembiraan atau santai cenderung untuk melakukan kekejaman dan penghancuran (agresi). Prescott yakin bahwa keinginan yang kuat untuk menghancurkan disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menikmati sesuatu hal yang disebabkan cedera otak karena kurang rangsangan sewaktu bayi.

c. Kimia darah. Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi. Dalam suatu eksperimen ilmuwan menyuntikan hormon testosteropada tikus dan beberapa hewan lain (testosteron merupakan hormon androgen utama yang memberikan ciri kelamin jantan) maka tikus-tikus tersebut berkelahi semakin sering dan lebih kuat. Sewaktu testosteron dikurangi hewan tersebut menjadi lembut. Kenyataan menunjukkan bahwa anak banteng jantan yang sudah dikebiri (dipotong alat kelaminnya) akan menjadi jinak. Sedangkan pada wanita yang sedang mengalami masa haid, kadar hormon kewanitaan yaitu estrogendan progresteronmenurun jumlahnya akibatnya banyak wanita melaporkan bahwa perasaan mereka mudah tersinggung, gelisah, tegang dan bermusuhan. Selain itu banyak wanita yang melakukan pelanggaran hukum (melakukan tindakan agresi) pada saat berlangsungnya siklus haid ini.

2. Faktor lingkungan
Yang mempengaruhi perilaku agresif remaja yaitu:

a. Kemiskinan
Remaja yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami penguatan. Hal yang sangat menyedihkan adalah dengan berlarut-larut terjadinya krisis ekonimi dan moneter menyebabkan pembengklakan kemskinan yang semakin tidak terkendali. Hal ini berarti potensi meledaknya tingkat agresi semakin besar. Ya walau harus kita akui bahwa faktor kemiskinan ini tidak selalu menjadikan seseorang berperilaku agresif, dengan bukti banyak orang di pedesaan yang walau hidup dalam keadaan kemiskinan tapi tidak membuatnnya berprilaku agresif, karena dia telah menerima keadaan dirinya apa adanya.

b. Anoniomitas
Terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan orang lain tidak lagi saling mengenal. Lebih jauh lagi, setiap individu cenderung menjadi anonim (tidak mempunyai identiras diri). Jika seseorang merasa anonim ia cenderung berperilaku semaunya sendiri, karena ia merasa tidak terikkat dengan norma masyarakat da kurang bersimpati dengan orang lain.

c. Suhu udara yang panas
Bila diperhatikan dengan seksama tawuran yang terjadi di Jakarta seringkali terjadi pada siang hari di terik panas matahari, tapi bila musim hujan relatif tidak ada peristiwa tersebut. Begitu juga dengan aksi-aksi demonstrasi yang berujung pada bentrokan dengan petugas keamanan yang biasa terjadi pada cuaca yang terik dan panas tapi bila hari diguyur hujan aksi tersebut juga menjadi sepi.

Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa suhu suatu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresivitas. Pada tahun 1968 US Riot Comision pernah melaporkan bahwa dalam musim panas, rangkaian kerusuhan dan agresivitas massa lebih banyak terjadi di Amerika Serikat dibandingkan dengan musim-musim lainnya (Fisher et al, dalam Sarlito, Psikologi Lingkungan,1992

3. Kesenjangan generasi
Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi antara orang tua dan anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.


4. Amarah
Marah merupakan emosi yang memiliki cirri-ciri aktifitas system saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan akarena adanya kesalahan yang muingkin nyata-nyata salah atau mungkin tidak (Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, 1991). Pada saat amrah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresif.

5. Peran belajar model kekerasan
Model pahlawan-pahlawan di film-film seringkali mendapat imbalan setelah mereka melakukan tindak kekerasan. Hal bisa menjadikan penonton akan semakin mendapat penguatan bahwa hal tersebut merupakan hal yang menyenangkan dan dapat dijadikan suatu sistem nilai bagi dirinya. Dengan menyaksikan adegan kekerasan tersebut terjadi proses belajar peran model kekerasan dan hali ini menjadi sangat efektif untuk terciptanya perilaku agresif.

6. Frustasi
Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh ssesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Agresi merupakan salah satu cara merespon terhadap frustasi. Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustasi yang behubungan dengan banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan adanya kebutuhan yang harus segera tepenuhi tetapi sulit sekali tercap[ai. Akibatnya mereka menjadi mudah marah dan berprilaku agresi.

7. Proses pendisiplinan yang keliru
Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja (Sukadji, Keluarga dan Keberhasilan Pendidikan, 1988). Pendidikan disiplin seperti akan membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain.

Sejak manusia dilahirkan ke dunia ini ia akan melewati beberapa priode kehidupan hingga saat dia sampai ke liang lahad. Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para orangtua. Masa remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi si remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, dengan mengetahui faktor penyebab seperti yang dipaparkan di atas diharapkan dapat diambil manfaat bagi para orangtua, pendidik dan terutama para remaja sendiri dalam berperilaku dan mendidik generasi berikutnya agar lebih baik sehingga aksi-aksi kekerasan baik dalam bentuk agresi verbal maupun agresi fisik dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan.

Khalil Gibran mengatakan bahwa anak adalah ibarat anak panah. Pertanyaannya, sudahkah anak panah ini memperoleh kebebasan untuk mengarahkan kemana yang ia tuju? Ataukah demi gengsi, atau apalah yang lain anak panah itu akan dibawa dan ditancapkan pada sasaran? Remaja adalah sebuah generasi dari suatu peradaban. Karenanya mempunyai peran strategis dalam perencanaan pembangunan dan bahkan pada arah serta pelaku pembangunan itu sendiri. Namun demikian perlakuan yang salah pada remaja baik yang nakal maupun yang tidak oleh para orangtua dan pengambil kebijakan justru akan berakibat semakin buruk pada peradaban bangsa itu.

Pertanyaan terakhir adalah sudahkan kita mengambil langkah-langkah yang tepat guna mengarahkan perbuatannya kepada hal yang lebih positif?

Daftar Pustaka
David, Jonathan Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga, 2005.
Koeswara, E, Agresi Manusia. Bandung: PT Erasco. 1998.
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004.
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004.
http: // www. E- psikologi. Com/ epsi/ individual detail. Asp ?id= 380